Showing posts with label Management Dasar. Show all posts
Showing posts with label Management Dasar. Show all posts

Friday, December 11, 2020

Subnetting Table Memory IPv4

 

Assalamu'alaikum

Selamat siang teman-teman semua, salam networking. Udah lama banget belum ngurus lagi nih blog karena banyak kesibukan lain. Kebetulan mumpung lagi nganggur di kantor saya ingin coba berbagi lagi dengan temen-temen terkait tips dan trik memanfaatkan pembagian network dengan subnetting menggunakan cara yang biasa saya gunakan. Subnetting ini terbilang mudah karena yang perlu di lakukan hanyalah mengingat tabel memory. Langsung saja berikut kita bahas pembahasannya.

Tuesday, November 7, 2017

Lab 48 MikroTik - Simple Queue Limit Lokal

Assalamu'alaikum

Selamat pagi teman teman, salam networking. Masih melanjutkan lab bandwidht sebelumnya. Mungkin terlihat lebih kompleks, karena sebelumnya kita hanya memanagement satu user saja. Di Lab kali ini kita akan coba memanagement bandwidth, bagaimana cara mamaksimalkan quality of service dari sebuah jaringan yang kita kelola dengan cara melimit per user. 


Topology

Untuk topology, tidak terlalu jauh berbeda dari lab sebelumnya. Di topology kali ini kita akan menggunakan 2 user. Sehingga total bandwidth yang diberikan adalah pembagian terhadap dua user tersebut. 

Limit Per Lokal

Metode limit per lokal adalah metode yang digunakan ketika kita ingin menggrupkan anggota tertentu atau lokal tertentu. Sehingga semua device yang berada pada grup tersebut berada pada limit yang sama. Sebagai contoh kita ingin melimit grup android karena update playstorenya cukup memakan bandwidth yang besar. Sebelumnya pun juga pernah saya bahas materi ini di limitasi android. Bagi yang penasaran bisa cek di link berikut ini.
 

Karena sesuai dengan penggunaannya, limit ini sangat tidak dianjurkan untuk melimit per usernya. Dikarenakan limit yang diberikan pada semua user pada jaringan lokal tersebut akan saling berebut bandwidth. Bagi saya, kadang kadang limit seperti ini bisa digunakan ketika ada suatu grup user di jaringan, dimana grup ini cukup memeras penggunaan bandwidth, maka seluruh isi grup digabungkan pada limitasi bandwidth yang sama sehingga mereka akan berebut kecepatan bandwidth yang saya berikan :v.
 

Limitasi Per User

Dari metode diatas, kita jadi tau bahwa limitasi perlokal adalah limitasi max yang diberikan ke semua user yang berada pada target lokal dengan netmask tertentu. Karena hal tersebut, kita bisa memberikan limitasi per user ketika kita ingin perusernya tidak saling berebut bandwidth.
 
 

Lalu bagaimana jika di suatu perusahaan terdapat banyak user. Apakah kita harus melimit per user agar bandwidth yang kita punya dapat diberikan secara merata ke semua user? Jawabannya tidak, menurut saya bandwidth yang dimiliki perusahaan itu tidak perlu dilimit. Pengecualian buat provider mungkin iya. Bagi perusahaan yang keuntungannya besar itu, pembayaran bulanan bandwidth adalah hal yang mudah. 

Kecuali jika ada beberapa user atau koneksi tertentu seperti update windows, download film, atau semacamnya yang memang benar benar benar mengganggu ketika sedang rush hours (jam sibuk) dan komplenan pun banyak :v. Kalian harus turun tangan untuk membuat beberapa rule untuk mengecek koneksi atau user siapa yang sedang mengganggu. Dalam hal ini langkah yang paling tepat adalah melimit koneksi tersebut, daripada mematikan koneksi si user walaupun kalian sendiri tau siapa pelakunya hehe. 

Demikian penjelasan lanjutan dari lab sebelumnya, semoga ada manfaatnya. Dan penjelasan detail mengenai strategi quality of service pada jaringan lokal mungkin akan saya bahas pada lab selanjutnya. Sekian dari saya, saran da pertanyaan silahkan lemparkan di kolom komentar. Sampai berjumpa lagi di lab selanjutnya. Salam networking.

Wednesday, July 19, 2017

Job Experience 2 - Management Interface Di Mikrotik

Assalamu'alaikum

Selamat pagi, salam networking. Sudah sebulan saya tidak update artikel karena berbagai faktor. Jadi bagi subscriber mohon pengertiannya wkwk. Lanjut, kali ini saya ingin share experience terkait pekerjaan sehari hari di kantor. Next time, saya akan lebih aktif dalam sharing pengalaman dan beberapa artikel tambahan lainnya.

Management Interface

Sharing pertama ini, saya ingin sedikit membahas terkait masalah management. Management yang dimaksud disini adalah management konfigurasi dengan masukan bagaimana cara agar kita bisa memanfaatkan satu device dengan berbagai jalur. Untuk device saya disini menggunakan perangkat mikrotik.

Topology

Untuk topologynya bisa dilihat pada gambar dibawah. Untuk devicenya kita lebih terkonsentrasi pada 2 router 951 mikrotik yang dibawah. Disini kita akan memaksimalkan 3 jalur yaitu : server farm, top management (boss) dan user biasa (production dan operation). Alasan tidak mengunakan satu jalur (sistem trunk) adalah karena masing masing ketiga jalur ini membutuhkan kecepatan yang signifikan dan tidak boleh ada hambatan. 


Lanjut, terkait konfigurasi kita buatkan listnya sebagai bahan apa saja yang perlu kita konfigurasi pada device ini. 
  • untuk konfigurasi terakhir bulan lalu saya dapat permintaan dari atasan terkait jaringan top management dibuat di dua lantai. 
  • Jaringan top management menggunakan isp cadangan, jaringan server farm dan user biasa menggunakan isp utama. 
  • Untuk top management, management addressnya di letakkan di router 951 (dari topology router sebelah kiri)
  • Untuk user biasa (operation dan production), pusat jaringannya terkonsentrasi di RB1100. Sehingga management user dilakukan di RB1100.
  • Untuk server farm, menggunakan dhcp dari RB1100 dengan address yang berbeda dari user biasa sehingga bisa kita tetapkan jalur nya berbeda namun berada pada internet yang sama. Management server farm juga dilakukan di RB1100.

Overview

Berikut contoh interface yang sudah jadi. Dalam hal ini saya membagi beberapa jalur dengan konfigurasi sebagai berikut.
  • Top management menggunakan sistem routing, gateway ke internet cadangan dengan sistem mangle. Dari sistem routing gateway, internal top management menggunakan sistem bridge antara wifi RB kiri dengan RB kanan yang ditrunk via eth5.
  • User biasa menggunakan sistem bridge di port3 dan port vlan10 (trunk eth5). Sehingga bisa kita anggap sebagai jalur lewat saja. 
  • Server farm menggunakan sistem bridge antara eth1 (gateway DMZ), eth2 dan wlan1 (ssid : DMZ_Server)

Untuk set addressnya sebagai berikut, bridge2rep untuk lokal top management, bridge1dmz untuk gateway server farm dan ip remotenya. eth4 reptop, untuk gateway isp cadangan (gateway top management). Sedangkan lokal user tidak dibuatkan ip, karena hanya sebatas lewat saja.


Untuk sistem bridgenya, kita punya 3 bridge yaitu server farm, top management (rep) dan segmen cideng (lokal user). sistem ini adalah sistem internal dari setiap jalur. Yang membedakan, hanya sistem routing ke gatewaynya top management. Untuk penambahan portnya, disesuaikan yang dibutuhkan. Listnya seperti berikut.
  • eth1, 2 dan wlan1 adalah server farm karena akses server farm pada interface tersebut.
  • vlan20 dan wlan2 adalah akses top management. Dimana vlan20 adalah trunking ke RB kanan (lt.5). 
  • vlan10 dan eth3 adalah akses dari segmen cideng. Dimana vlan10 adalah trunking ke RB kanan (lt.5).
Note : penambahan sistem trunking ini di peruntukan untuk lt5 karena di lt5 kita ingin pasangkan lokal user dan top management. Untuk penambahan vlan dilakukan di kedua sisi dengan vlan id yang sama sesuai vlannya.

Overview Jalur Akses

Untuk jalur gateway internetnya, disini kita punya dua akses. Via Dmz dan via republik, secara default internet lewat via dmz. Untuk kedua jalur ini, kita pasangkan routing mark yang nantinya akan diarahkan ke firewall mangle. Jalur segmen cideng (lokal user) tidak ada gatewaynya karena disini segmen cideng sudah diatur secara DHCP dan sifatnya hanya lewat saja. Tidak seperti dmz dan republik, kedua gateway ini diarahkan secara point to point yang bisa ditambahkan dengan ip statik.


Berikut pemisahan trafficnya menggunakan sistem mangle firewall. Email server kita diarahkan via DMZ (jalur isp utama) karena biasanya tarikan email memang sangat banyak dan jalur top management di arahkan via isp cadangan. Sehingga penggunaan isp cadangan dapat dikalkulasikan. Di tab advance konfigurasi mangle top management kita pasangkan dst address list "kecuali lokal". Maka ip dst lokal ini tetap melalui via dmz.

Note : penjelasan mengenai firewall mangle akan saya jelaskan next time dengan penjelasan lengkap pengarahan berbagai traffic untuk gateway yang kita inginkan.


Note, berikut ip lokal yang diarahkan via dmz dan tidak akan melalui jalur republik. Hal ini karena hops tersebut adalah ip lokal kita dimana ip lokal tersebut hanya bisa diakses dari jalur dmz dan republik adalah gateway yang langsung menuju internet tanpa melalui lokal.


Demikian sedikit sharing sharing mengenai management interface yang diimplementasikan disini. Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda terutama saya sendiri. Sekian perjumpaan kita sampai disini, saran dan pertanyaan bisa diletakkan di kolom komentar. Terima kasih sudah berkunjung, salam networking.

Saturday, January 23, 2016

Belajar Memanagement Pointing Wireless - Part 2

Assalamu'alaikum

Selamat di malam yang sama dan masih di materi yang sama yaitu management pointing. Apa kabar semuanya? semoga masih di berkahi ya.. Pada materi ini, management yang akan kita lakukan antara lain seperti memasang pemasangan antena yang tepat, dan juga management signal wireless.

Jarak Wireless Dan Signal Strength

Apakah ada kaitannya jarak wireless dengan signal strengh. Bicara soal signal nih guys, apa ada yang tau bagaimana cara menentukan signal yang bagus? Caranya mudah saja, semakin tinggi angka signalnya semakin bagus. Biasanya, signal ditunjukan dengan menggunakan bilangan minus atau dibawah nol. Artinya, semakin rendah bilangan minusnya semakin bagus. Okeeh.

Lanjut lagi, kali ini kita akan membuktikan jarak wireless akan mempengaruhi signal strengh. Jika sebelumnya, jarak yang saya gunakan kuranglebih 10 M, maka kali ini, kita akan mencoba jarak 25m. Bagaimana hasilnya, berikut gambar ujicobanya. Anda pun bisa melihat, begitu banyak halangan seperti daun, pohon, kaca, maupun tembok untuk menghalangi wireless. Tapi bagaimana dengan hasilnya?


Jika sebelumnya pada jarak 10m, kita ujicoba. Bisa terlihat sinyal masih dalam keadaan yang baik. Bisa dilihat pada gambar dibawah, sinyal mendekati -30 atau -35. Lalu bagaimana dengan hasil yang menggunakan jarak 25m?

Dan ternyata, hasilnya tidak terlalu buruk. Tapi setidaknya signal strengh berkurang menjadi -54 dBm. Dengan percobaan ini membuktikan bahwa, jarak menentukan kekuatan sinyal.

Area Wireless Pointing Management

Langsung ke management kedua. Kali ini kita akan coba mengatur posisi antena. Sehingga posisi mana yang lebih cocok dan memiliki hasil yang lebih baik. Contoh dari tampilan gambar percobaan yang saya lakukan berikut ini.


Berdasarkan gambar, posisi antena mana yang terbaik untuk digunakan? apakah menggunakan polarisasi vertical atau horizontal? berdasarkan percobaan yang kita lakukan yang disesuaikan dengan area yang diarahkan. Posisi vertical (memanjang), lebih unggul dibanding posisi horizontal (meninggi). Hal ini jelas, karena area pointingnya.


Lanjut lagi, terlebih dahulu, kita cek mana yang lebih unggul. Dalam hal ini, pengecekkan juga menggunakan signal strength. Jika sebelumnya pada jarak 10m kekuatan sinyal normal yang kita gunakan sebesar -35dBm, maka saat saya ubah polarisasinya menjadi horizontal (meninggi), signal strenght menurun hingga -63dBm.


Sekiranya, itu saja yang dapat saya sampaikan pada materi belajar memanagement pointing wireless ini. Semoga bermanfaat untuk anda. Saran dan pertanyaan bisa anda sampaikan pada komentar. Sekian dari saya, salam networking. Sampai jumpa pada pertemuan selanjutnya.

Belajar Memanagement Pointing Wireless - Part1

Assalamu'alaikum

Selamat malam, selamat malam minggu dan salam networking. Malam hari ini saya akan membahas wireless lagi setelah sekian lama saya menahannya. Alasan yang pasti karena banyak kendala dalam kehidupan saya, terutama jodoh, hehhe. Dalam materi kali ini, yang lebih dijelaskan yaitu terkait dengan pointing. Apa saja management yang harus diperhatikan untuk monitoring jaringan berbasis wireless ini, akan kita bahas bersama.

Topology

Dimulai dari topologi guys.. Dari topology saya menyiapkan 2 perangkat wireless. Yaitu RB-433 yang saya jadikan sebagai AP dan antena ubi yang dijadikan station. Oiya guys, penelitian ini didasari dengan real konfigurasi ya guys. Artinya, lahan dan jarak akan mempengaruhi hasil monitoring.

Tx/Rx Packet Statistik

Monitoring pertama berdasarkan konfigurasi percobaan yang saya lakukan adalah mengecek transmit dan receive statistiknya. Monitoring hal ini perlu dilakukan agar mengecek kecepatan sistem untuk membaca dan menganalisa kecepatan paket. Dalam percobaan ini saya menggunakan jarak antar pointing sekitar 10 meter. Sesuai gambar, penanda adalah letak antena lawan.


Lanjut lagi, coba lakukan test download dan test upload. Kedua test ini mempengaruhi Tx dan Rx pada sisi AP dan Station. Langsung saja, kita coba mulai uji coba nya. Uji coba 1 adalah test download. Pada test download, kita bisa melihat statistik tx dan rx antara AP dan station seperti gambar dibawah ini.


Apakah kalian mengerti dan bisa menangkap penjelasan dari statistinya? Jika belum coba lanjutkan ke uji coba tahap kedua yaitu test upload. Dari sini jelas terlihat berbeda antara test upload dan test download. Cobalah untuk menganalisa apa yang membuat Tx dan Rxnya berubah..


Anda sudah tau apa yang mempengaruhi tx dan rx terhadap download paket ataupun upload paket. Okee, kita akan bahas disini. Pertama, mari kita perhatikan penjelasan topology tx dan rx statistik dibawah ini. Untuk membacanya, mari kita fokuskan kesalah satu antena , misal fokus ke RB433. 

RB433, memiliki 2 interface yaitu interface wireless dan interface LAN (internet). Dari masing masing interface ini memiliki sistem Tx dan Rx. Semisal fokus ke interface wirelessnya (lihat garis biru).. Pada interface tersebut, Tx yang dimilikinya memiliki arah ke Station artinya, Tx tersebut difungsikan untuk mengirim data ke Station. Sedangkan Rx memiliki arah sebaliknya. Artinya, Rx difungsikan sebagai Penerima Data dari station.


Okee lanjut lagi, pada uji coba kita mengetest paket upload. Maka teori yang bisa kita dapatkan adalah seperti gambar berikut ini. Beberapa sistem Tx atau Rx pada interface tertentu mengalami kenaikan (cek gambar statistik test upload). Hal ini berarti, pada sistem tersebut banyak paket yang berusaha melewatinya. 

Semisal contoh upload, contohnya ketika client mengupload data ke storage server yang ada di internet, sistem yang mengalami kenaikan antara lain :
  • Rx pada antena Ubiquiti (station) interface LAN
  • Tx Pada antena Ubiquiti (station) interface Wireless 
  • Rx pada antena RB 433 (AP) interface wireless
  • Tx pada antena RB 433 (AP) inteface LAN (arah internet)

Contoh diatas adalah penjelasan sistem ketika upload. Lalu bagaimana dengan sistem ketika download. Maka arah paket datanya akan berbalik yaitu dari internet ke arah client yang sedang mendownload. Rx dan Tx juga akan berbeda dari sebelumnya.

Demikian penjelasan singkat mengenai sistem monitoring Rx dan Tx. Semoga artikel ini membantu anda semua. Sekian dari saya, jangan lupa beri saran dan pertanyaan di kotak komentar. Saya pamit undur diri, sampai jumpa lagi, salam networking.


Monday, October 26, 2015

Project 2 NAN - Konfigurasi Server - Set Address dan Mounting Hardisk Tambahan Di Debian

Assalamu'alaikum

Berjumpa lagi dengan saya di blog menimba ilmu jaringan ini. Pada hari ini tepatnya di pagi yang sejuk ini saya ingin berbagi dan menshare lagi tentang project kedua saya. Jika sebelumnya kita sudah mengkonfigurasi RB, Antena ubnt, kali ini saya ingin menunjukan fitur-fitur dan konfigurasi yang akan saya terapkan pada server di jaringan implementasi ini. Terus saksikan project ini untuk melanjutkan kisah si server.

Sekilas Fitur Server

Sebagai pembukaan, mungkin materi tidak terlalu spesial. Setting address dan mounting harddisk tambahan akan saya bagikan disini. Untuk OS servernya sendiri disini saya menggunakan debian versi 7 atau wheezy. Dan semua konfigurasi yang saya terapkan di server ini berfungsi seluruhnya. Lebih penasaran bukan? Oke, langsung saja, berikut fitur yang nantinya akan saya sediakan di jaringan NAN implementasi ini.
  • DNS Server : Sebagai penamaan domain agar mudah diingat
  • FTP Server : Sebagai media storage, media pengembang jaringan dan target direktori untuk fitur streaming nantinya
  • Web Server : Sebagai wesite lokal yang akan menyimpan informasi jaringan dan agenda acara
  • Chat Server : Sebagai media chat, media pemesanan paket, dan media konsultasi antar konsumen dan admin
  • Streaming : Media center penghibur dan kelebihan agar jaringan NAN bisa laku dan laris terjual.
Ya, sekiranya sih begitu. Selain itu, mounting harddisk yang akan saya jelaskan disini akan berfungsi sebagai media penyimpanan untuk video dan music (media center) yang nantinya akan di jadikan target direktori pada client aplikasi. Tanpa basa basi, langsung saja kita ke TKP untuk mengkonfigurasi.

Setting Address Server

Seperti yang kita tau, pada RouterBoard MikroTik yang terdapat pada postingan sebelumnya. Settingan address yang mengarah ke server terdapat pada interface kedua dengan Ip 192.168.1.1 Maka, untuk menjalankan sistem konfigurasinya, kita bisa menggunakan address 192.168.1.2 pada server. Untuk mengkonfigurasi address pada debian, seperti biasa gunakan sintaks berikut ini dan edit filenya.

# nano /etc/network/interfaces

Agar settingan addressnya dapat berjalan, settingan networknya di restart dulu. Berikut sintaksnya.
# /etc/init.d/networking restart

Mounting Harddisk Tambahan Di Debian

Konfigurasi selanjutnya yang akan kita pelajari adalah mounting hardisk tambahan. Seperti yang sudah saya katakan, fungsi mounting ini adalah sebagai direktori untuk tempat menyimpan video dan audio yang nantinya akan direktori tersebut akan diarahkan pada aplikasi media center pada client. Untuk mounting ini, pastikan bahwa PC sudah mendapatkan hdd tambahan. Jika sudah, kita cek device hdd tersebut dengan perintah :

# fdisk -l

Sebelum di mounting, kita harus menyetting partisi pada hdd free space tersebut. Untuk mejadikannya sebuah partisi, disini saya menggunakan fitur cfdisk. Sehingga untuk setting partisinya, kita bisa menggunakan perintah berikut ini. Lalu setelah itu, kita akan masuk ke sistem wizard cfdisk. Klik saja new untuk membuat partisi/disk baru.


# cfdisk /dev/sdb

Setelah mengklik new, klik primary untuk menjadikannya sebagai primary partisi.


Lalu masukan size yang diinginkan untuk partisi tersebut. Saya disini menggunakan full size dari hdd yang saya tambahkan.


Selanjutnya, tinggal klik bootable.


Setelah pengaturan partisi sudah siap dibuat, terakhir tinggal klik write untuk menjadikannya sebuah drive yang bisa digunakan.


Tulis yes untuk melanjutkan pembuatan partisi


Jika sudah selesai kita keluar dari mode cfdisk dengan mengklik exit.


Pembuatan disk /dev/sdb sudah selesai. Langkah selanjutnya bagaimana? Disknya tentau masih belum bisa digunakan sebelum dijadikan mode ext4. Sehingga kita tidak bisa memountingnya terlebih dahulu. Sebelum itu, coba konfigurasikan kedua perintah dibawah ini untuk menyelesaikan tahap pembuat drive. Sehingga kita akan mendapati disk /dev/sdb1.
# mkfs.ext4 /dev/sdb1
# tune2fs -E test_fs /dev/sdb1
Jika sudah seperti ini, tinggal kita mounting saja kesebuah direktori.
# mkdir /disk-tambahan
# mount /dev/sdb1 /disk-tambahan
Demikian lah penjelasan singkat konfigurasi awal pada tahap bagian server. Semoga anda tercenggang, dan semoga bermanfaat untuk anda. Sekian dari saya, kurang dan lebih saya mohon maaf. Saran dan pertanyaan silahkan masukan di komentar. Terima kasih.

Sunday, August 16, 2015

Lab 4 Cisco - Management Password


Selamat datang di lab 4 cisco, kali ini saya ingin membahas tentang keamanan di cisco. Keamanan yang saya maksudkan disini adalah keamanan untuk meremote alat cisconya. Sehingga tidak sembarang orang yang bisa meremote kecuali orang yang tau passwordnya tersebut. Penasaran gan? berikut penjelasannya.

Setting Password

Menambahkan password sendiri bisa pada mode global configuration mode. Hal ini dikarenakan mode yang digunakan sudah dalam tingkat mengkonfigurasi. Untuk menambahkan password bisa menggunakan perintah dibawah ini.
Switch>en
Switch#conf t
Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z.
Switch(config)#enable password cisco
Switch(config)#
Jika sistem sudah ditambahkan password, maka saat kita kembali ke mode User Exec dan hendak masuk ke mode previleged, sistem akan meminta password
Switch>en
Password: ....  | kita harus mengisi dengan cisco
Switch#

Setting Password Dengan Secret

Selain menggunakan perintah password, kita juga bisa menggunakan perintah “secret”
Switch#conf t
Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z.
Switch(config)#enable secret IDN
Switch(config)#
Maka saat hendak login, sistem akan meminta password yang baru di buat (sistem meminta secret) Namun, jika pengguna menggunakan password pertama. Login akan di tolak tersendirinya.
Switch>en
Password: ... | Saat hendak memasukan cisco akan gagal
Password: ... | Login akan berhasil menggunakan IDN
Switch#

Secret Vs Password Biasa

Hal ini juga akan memiliki tingkat keamanan yang berbeda. Hal ini bisa terlihat pada running-config (konfigurasi yang sedang berjalan). Untuk melihatnya seperti ini.
Switch#sh run
Building configuration...
!
enable secret 5 $1$mERr$aE1JTD2lmYxyJJl0qLjc6.
enable password cisco
!

Menambahkan Enkripsi Pada Password Biasa

Bisa terlihat jelas bahwa password sistem akan terlihat pada running-config, sedangkan secret akan meng-enkripsi seluruh sandi agar tidak dapat dilihat orang lain. Lain halnya jika kita menambahkan pengenkripsian pada sistem “password”. Berikut caranya:
Switch#conf t
Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z.
Switch(config)#service password-encryption
Switch(config)#do sh run
Building configuration...
!
enable secret 5 $1$mERr$aE1JTD2lmYxyJJl0qLjc6.
enable password 7 0822455D0A16
!
Namun tetap, tingkat keamanan masih lebih baik secret. Sesuai seperti yang terlihat diatas. Dan demikianlah pertemuan kita berakhir disini.. Semoga bermanfaat untuk anda. Demi kemajuan blog ini, saran dan pertanyaan silahkan masukan dikomentar.

Friday, May 22, 2015

Lab 4 MikroTik - Management Paket : Enable dan Disable Paket


Melihat Paket MikroTik Pada Router MikroTik

Lanjut lagi ke lab selanjutnya, kali ini kita akan mulai memanagement paket. Versi MikroTik dapat dilihat dari paket-paket yang telah terinstall. Di paket-paket tersebut menunjukan fitur apa saja yang sudah didukung oleh router. Untuk melihat versi dari paket bisa dilihat pada menu System > Packages. Sedangkan untuk perintah command linenya bisa menggunakan perintah :

[admin@alfa] > system package print

Enable Dan Disable

Paket-paket tersebut dapat di enable (aktifkan) di disable (dinonaktifkan), uninstall, unshedule, update maupun downgrade. Pada lab ini hanya menunjukan cara meng-enable dan men-disable. Langsung uji coba, disini saya mengingkan agar ipv6 yang aktif didisable dan wireless yang non aktif di enable. 
 

Setelah kedua paket di di enable dan didisable, maka akan muncul penjadwalan paket pada baris sheduled. Itu menandakan bahwa paket akan siap di aktifkan jika ada perintah. Untuk itu, untuk mengaktifkan konfigurasi enable/disable paket caranya adalah dengan merestart/mereboot sysem si router agar konfigurasi dapat berjalan. 

Merestart Sistem MikroTik

Untuk merestart system router dapat dilakukan pada menu system > Reboot. Maka secara otomatis system akan reboot. Perintah CLI yang digunakan adalah sebagai berikut.

[admin@alfa] > system reboot

Pengecekkan

Setelah proses reboot telah selesai, cek kembali paket yang tadi di enable dan disable. Maka kedua paket akan berubah kedudukannya. Yang semula Ipv6 aktif menjadi tidak aktif dan wireless yang semula tidak aktif menjadi aktif.


Update

berikut ini saya sediakan video tutorialnya untuk lebih memudahkan. Video juga bisa di akses pada link berikut ini. Lab pada video digabungkan dengan lab upgrade dan downgrade paket agar di satukan pada video yang sama tentang management package mikrotik.


Sekian dari saya, semoga bermanfaat. Lain waktu jangan bosan tuk berkunjung ke blog yang sederhana ini. Terima kasih, sampai jumpa. Saran dan pertanyaan silahkan masukan di komentar.

Wednesday, May 20, 2015

Management CentOS 2 : Setting Address Di CentOS


Masih bersama saya dan sistem operasi yang lagi kita project-kan disini, CentOS. Dalam memahami dan mengenal sistem dan cara mengkonfigurasi dasar nya, kita perlu memanagement konfigurasi dasar. Salah satunya sesuai judul, Setting address di CentOS. Hal ini bertujuan agar saat nanti muncul pengkonfigurasian Ip, anda tidak bingung lagi bagaimana cara setting ip atau address di CentOS. 

Letak File Konfigurasi Address

Sesuai dari sistem linux, segala bentuk konfigurasi diletakkan didalam suatu file tertentu yang berada pada direktori tertentu. Sedangkan file yang harus kita konfigurasi kali ini adalah file yang berkaitan dengan settingan address. Letak file tersebut berada di direktori /etc/sysconfig/network-scripts/

Langsung saja kita mulai konfigurasi Ipnya, pertama masuk kedalam direktori konfigurasi address tersebut. 
# cd /etc/sysconfig/network-scripts

Konfigurasi Interface Ether0

Lalu cek isi dari direktori tersebut menggunakan perintah ls. 


Bisa terlihat pada gambar diatas adalah interface-interface yang bisa dikonfigurasi. Salah satunya interface eth (ethernet) yang akan kita edita file nya menggunakan text editor vi. Gunakan perintah berikut untuk mengedit filenya.
network-scripts]# vi ifcfg-eth0
Lalu edit file seperti gambar dibawah ini. Sekarang kita coba konfigurasi interface eth0 ini dengan konfigurasi ip static (manual). Sehingga konfigurasi yang bisa kita gunakan adalah sebagai berikut :
  • Bootproto harus dijadikan ke mode static atau juga bisa none
  • Setiap ingin mengkonfigurasi address, gunakan huruf besar semua dengan format penulisan yang sama.
  • Konfigurasi address dengan nama konfigurasinya dipisah dengan simbol samadengan "="
  • Konfigurasi lainnya ikuti saja seperti gambar dibawah ini. 


Seperti pada management sebelumnya, untuk menyimpan file yang sudah diedit, kita bisa menggunakan cara klik tombol esc lalu ketik :wq yang berarti write dan quit. Jika konfigurasi sudah disetting, langkah akhir yang perlu dilakukan adalah merestart konfigurasi network. Kita bisa menggunakan perintah berikut ini.
network-scripts]# service network restart
Setelah sistem konfigurasi network sudah di restart, kita tinggal mengecek apakah konfigurasi yang kita setting sebelumnya sudah sesuai dengan konfigurasi yang diinginkan atau tidak. Pengecekkan bisa menggunakan perintah
network-scripts]# ifconfig

Demikianlah cara konfigurasi ip atau address di CentOS. Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda. Dan untuk materi-materi selanjutnya saya harap anda sudah mengerti cara setting ip di CentOS sehingga tidak perlu dijelaskan lagi. Sekian dari saya, kurang lebih mohon maaf saran dan pertanyaan silahkan masukan  di komentar. Sampai jumpa pada postingan selanjutnya.

Monday, May 18, 2015

Management CentOS 1 : Repositori Di CentOS


Selamat datang kembali di web yang sederhana ini. Seperti biasa, hari ini saya ingin membagikan beberapa ilmu yang sudah saya dapatkan. Kali ini kita akan membahas tentang management dasar dari sistem CentOS. Management yang akan kita bahas adalah management Repository dan Management Network. Management direktori dan user tidak dibahas karena managementnya tidak jauh berbeda dari linux debian. 

Login Ke Sistem CentOS

Langsung saja, sesuai judul kita akan membahas Management Repositori. Seperti yang kita tau, repositori adalah metode untuk memperbarui sistem. Semakin baru sistemnya semakin bagus perkembangannya. Letak direktori dari repository CentOS terdapat di direktori yum.repos.d di direktori etc. Sebelum itu, untuk login ke sistem CentOS kita bisa menggunakan login sebagai root dengan password dikosongkan.

Direktori Repositori

Setelah itu, untuk masuk ke direktori repositori gunakan perintah cd. Repositori berada di direktori /etc/yum.repos.d. Setelah itu cek isi dari didalam direktori tersebut.


Terlihat diatas, isi dari direktorinya adalah file yang menggunakan ekstensi .repo yang berarti file tersebut adalah file khusus repositori. Karena kali ini kita akan merepositori menggunakan cd/iso yang sudah disediakan, maka ke empat direktori yang ditandai kita ubah namanya terlebih dahulu. 

Kita ubah saja menjadi file yang berekstensi backup. Kita bisa menggunakan perintah mv untuk merubah nama sebuah file. 
yum.repos.d]# mv CentOS-Base.repo CentOS-Base.repo.backup
yum.repos.d]# mv CentOS-Debuginfo.repo CentOS-Debuginfo.repo.backup   
yum.repos.d]# mv CentOS-fasttrack.repo CentOS-fasttrack.repo.backup 
yum.repos.d]# mv CentOS-Vault.repo CentOS-Vault.repo.backup
Jika sudah maka isi direktori yum.repos.d akan menjadi seperti dibawah ini.


Keterangan : file CentOS-Media.repo tidak usah dirubah namanya karena file tersebut merupakan cara untuk memperbarui sistem menggunakan cd/iso.

Membuat Direktori Khusus Untuk Repositori Media 

Kita membutuhkan direktori yang nantinya akan dijadikan tempat mounting repositori dari CD atau ISO. Buat saja direktori dvdrepo di direktori root. Gunakan perintah mkdir untuk membuat sebuah direktori.
# mkdir /dvdrepo
Setelah direktori untuk mounting sudah dibuat, kita izinkan akses untuk mountingnya terlebih dahulu. Pada file CentOS-Media.repo lah tempat untuk mengizinkan akses mounting ke CD/ISO. Gunakan text editor vi untuk mengedit file tersebut.
yum.repos.d]# vi CentOS-Media.repo
Setelah itu, masukan file dvdrepo tadi pada baris [c6-media] dan jangan lupa untuk memberikan angka satu (0=mati, 1=hidup) pada baris gpgcheck dan enabled seperti gambar dibawah ini.


Untuk menyimpan konfigurasi text editor, pertama klik esc lalu gunakan perintah :wq yang berarti w adalah write (menyimpan settingan) dan q adalah quit (keluar dari text editor).

Mounting Direktori Dengan CD Repositori

Setelah membuat direktori untuk tempat penampungan repositori, sekarang kita mounting direktori tersebut. Gunakan perintah mount kearah direktori tersebut dengan direktori /dev/cdrom. 
# mount /dev/cdrom  /dvdrepo

Update Repositori

Jika sudah berhasil mounting direktori, sekarang kita lakukan update sistem CentOS ke sistem repositori terbaru di CD/ISO yang telah disediakan. Perintah yang dibutuhkan adalah perintah yum. Sebelum di update kita bersihkan dulu sistem yum-nya dengan perintah : 
# yum clean all
Setelah itu, tinggal kita update sistem CentOS ke repositori terbarunya dengan menggunakan perintah. 
# yum update
Hasilnya, sistem akan membaca dari Cd repositori yang kita sediakan seperti pada gambar dibawah ini.


Hanya repositori sistem CentOS yang dapat saya bagikan kali ini, semoga bermanfaat. Sekian dari saya, saran dan pertanyaan bisa diletakkan di komentar. Terima kasih. Oiya, demi berkembangnya blog ini, jangan lupa berikan tanda 1 pada G+ kami. Sekali lagi terima kasih.

Kenal Saya

Follow My Twitter

Profil



Nama saya Alfa Farhan Syarief, web ini ada berdasarkan nama saya sendiri. Saya sendiri masih duduk tingkat SMK. Lebih lengkapnya saya masih bersekolah di SMKN 1

More »

Blog Archive

Recent Comment